TRADISI TAHLILAN
TRADISI
TAHLILAN
Rabiatul Armayanti ( 2017015041)
Abstrak
Tahlilan merupakan suatu ibadah, seperti
memberikan hidangan pada orang yang ikut membaca tahlil dan membacakan bacaan
tahlil yang di dalamnya ada susunan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah tahlilan, prosesi yang dilakukan pada
saat tahlilan, makna filosofis pada ubarampe yang terdapat dalam tahlilan dan
nilai yang terkandung dalam tahlilan. Pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian sebagai berikut.
Pertama , tradisi tahlilan sudah dilaksanakan sejak jaman dahulu dan dilakukan
secara turun temurun. Kedua, Tahlilan dilakukan bersama-sama dengan tetangga
atau orang yang diundang pada acara tahlilan kemudian membacakan surat Yasin,
bacaan tahlil dan seterusnya. Ketiga, ubarampe pada tradisi tahlilan secara
umum yaitu buku tahlil, Makanan atau berkat dan air yang berisi bunga. Keempat,
nilai yang terkandung dalam tradisi tahlilan yaitu nilai sedekah, nilai tolong
menolong dan nilai solidaritas.
Kata kunci:
Sejarah tahlilan, prosesi tahlilan,ubarampe pada tahlilan, nilai yang
terkandung pada tahlilan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, untuk melakukan pembenaran atau meluruskan tradisi dan budaya yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Tradisi yang baik yang tidak bertentangan dengan
risalah Rasulullah harus tetap dilestarikan, maka islam akan
mengakulturasikannya dan kemudian mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan
tradisi Islam itu sendiri.
Manusia merupakan makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain. Setiap yang bernyawa akan
mengalami ajal atau kematian, ajal manusia sudah menjadi ketentuan, bila sudah
waktunya meninggal dunia, maka kita harus bersikap sabar atas keluarga yang
meninggal tersebut, karena mayit disiksa karena ratapan keluarganya dan bila
seseorang sampai meneteskan air mata, maka hal tersebut sudah biasa sebagai
rasa duka yang penting tidak sampai menangis keterlaluan. Bila ada salah satu
keluarga yang meninggal, maka harus tetap bertaqwa kepada-Nya dan bersikap
sabar atas musibah tersebut dan berusaha jangan sampai berputus asa, menggerutu
dan bahkan sampai marah-marah, karena
semua itu kejadian yang pasti dan sudah waktunya maka tak seorangpun bisa
mengelaknya.
Penulisan artikel Tradisi tahlilan bertujuan
untuk mengetahui sejarah tahlilan, prosesi yang dilakukan pada saat tahlilan,
makna filosofis pada ubarampe yang terdapat dalam tahlilan dan nilai yang
terkandung dalam tahlilan.
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
Tahlilan Mendak Pisan
Tahlilan merupakan tradisi yang sudah ada
sejak dulu dan dilakukan secara turun temurun oleh Ulama-Ulama NU dan diikuti oleh
masyarakat Indonesia terkhusus warga NU.
Para ulama menarik kesimpulan dari
Al-qur’an dan Hadits yang kemudian disusun bacaan-bacaan tahlil dan juga
mengamalkannya serta mengajarkannya kepada kaum muslimin. Tradisi tahlilan
umumnya dilakukan secara urut yaitu dilakukan pada 7 hari berturut-turut
setelah meninggal, kemudian dilanjut pada hari ke-40, lalu lanjut ke-100 hari,
dan ke-1000 hari serta ditambah dengan peringatan 1 tahun ( mendak pisan), peringatan
2 tahun (mendak pindo) setelah meninggal, dan seterusnya.
Sebenarnya tradisi tahlilan bukan sebuah
aturan atau sebuah ajaran bagi orang islam tetapi tradisi tahlilan dianjurkan
oleh para wali-wali terdahulu sebagi penyebar agama Islam, karena setiap ada
yang meninggal banyak orang yang berkumpul dan begadang, maka ditakutkan akan
melakukan hal yang tidak bermanfaat maka dianjurkanlah melakukan tahlil.
Kebiasan itulah yang dijadikan tradisi untuk memperingati orang yang meninggal.
Tahlilan merupakan suatu ibadah, seperti
memberikan hidangan pada orang yang ikut membaca tahlil dan membacakan bacaan
tahlil yang di dalamnya ada susunan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Prosesi Tahlilan
Fenomena tahlilan merupakan kegiatan
perkumpulan yang melibatkan orang banyak, sehingga acara ini boleh dibilang
hajatan komunitas masyarakat. . Pada acara Tahlilan yaitu mengundang para
tetangga untuk berdo’a, membaca surat yasin, bacaan-bacaan tahlil dan
seterusnya. Acara ini diadakan setelah sholat maghrib atau setelah sholat isya,
kemudian yang mengundang atau pemilik rumah menyedikan makan, minum seadanya
dan jika mampu maka memberikan bingkisan untuk orang yang diundang.
Urutan selamatan kematian yang tergolong
selalu dilaksanakan adalah sebagai berikut: Pertama,
Tahlilan setelah penguburan ( Ngesur Tanah) bermakna memindahkan roh
jenazah dari alam fana ke alam baka, kematian tersebut didoakan oleh orang yang
dituakan atau ahli waris bertujuan untuk mengharap keselamatan dan ampunan bagi
orang yang meninggal. Kedua, Tahlilan
setelah tiga hari kematian ( Tigang dinten) bermakna untuk menyempurnakan 4
perkara yaitu bumi, api angin dan air. Ketiga,
Tahlilan setelah tujuh hari kematian ( Pitung Dinten) bermakna
menyempurnakan pembawaan dari ayah dan ibu berupa darah, daging, sungsum, isi
perut, kuku, rambut, tulang dan otot. Keempat,
Tahlilan setelah 40 hari kematian ( Sekawan Dasa Dinten) bermakna
menyempurnakan semua yang bersifat badan wadag (jasad). Kelima, Tahlilan setelah 100 hari kematian (Nyatus) bermakna
menyempurnakan kulit, daging, dan isi perutnya. Keenam, Tahlilan setelah 1000 hari kematian ( Nyewu) bermakna
menyempurnakan sema rasa dan bau sudah lenyap.
3. Makna filosofis dari ubarampe yang
digunakan pada saat tahlilan
Pada
tradisi tahlilan tentunya ada beberapa perlengkapan yang disediakan yaitu Pertama, Buku Tahlil digunakan sebagai
pedoman untuk melakukan proses tahlilan, didalam buku tersebut sudah terdapat
tata cara dan bacaan dalam proses tahlilan. Kedua,
Berkat atau makanan tersebut bertujuan untuk sedekah, bukan sesajian untuk
mayit dan pada saat prosesi tahlilan, makanan yang disajikan berbeda,
tergantung prosesi tahlilan yang dilaksanakan.
Secara umum dari setiap prosesi tahlilan
disediakan berkat atau makanan yang terdiri dari a) sega golong yang
melambangkan kebulatan tekad, b) sega asahan atau ambengan melambangkan agar
arwah orang yang meninggal maupun keluarga yang ditinggalkan selalu mendapat
ampun atas segala dosa, c) tumpeng melambangkan suatu cita-cita yang mulia, d) tukon
pasar bermakna harapan segala perbuatan dan perjalanan roh orang yang sudah
meninggal maupun yang masih hidup selalu mendapatkan selamat tanpa halangan, e)
apem melambangkan payung dan tameng yang bermakna agar perjalanan roh orang
yang meninggal dan yang masih hidup selalu dapat menghadapi tantangan dan
selalu dapat perlindungan dari yang maha kuasa, f) ketan dan kolak melambangkan
suatu keadaan atau tujuan yang tidak luntur atau tidak kenal putus asa. Ketiga, Kembang dan air yang didoakan
terlebih dahulu, setelah itu di siramkan ke makam, tetapi maksud dari kembang
dan air tersebut bukan untuk sesajen. Kembang tersebut melambangkan keharuman
do’a yang dilontarkan dari hati yang tulus ikhlas lahir batin.
4.
Nilai
yang terkandung pada saat prosesi tahlilan
Dalam selamatan kematian atau tahlilan
mengandung nilai- nilai sebagai berikut: pertama,
Nilai sedekah yang terdapat pada makanan dan minuman yang dihidangkan pada
saat proses tahlilan, makanan dan minuman yang disediakan tergantung pada kadar
kemampuan dari pihak keluarga masing-masing yang melakukannya. Kedua, Nilai Tolong-menolong yaitu biasanya
yang dilakukan oleh seseorang dengan suka
rela menolong orang yang mendapat musibah dan nilai tolong-menolong dalam tradisi Tahlilan
pada masyarakat terlihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraannya. Ketiga, Nilai Solidaritas terlihat pada
saat bertakziyah dengan membawa bawaan untuk diberikan kepada keluarga yang
meninggal, dengan harapan dapat membantu meringankan penderitaan mereka selama
waktu berduka cita.
PENUTUP
Kesimpulan
Tradisi Tahlilan sudah ada sejak jaman dulu tradisi
tersebut dilaksanakan secara turun temurun untuk mendo’akan salah satu orang
yang telah meninggal. Di dalam melaksanakan Tahlilan dipimpin oleh salah
seorang yang sudah dianggap sebagai sesepuh atau ulama pada daerah tersebut.
Acara tahlilan dilaksanakan dengan
cara berkumpul disuatu tempat untuk
membacakan do’a sesuai dengan buku tahlil, pada saat acara tersebut juga diberi
makanan atau biasa disebut berkat.
Hal tersebut dimaknai sebagai sedekah dari keluarga yang ditinggalkan kepada
masyarakat yang hadir di tahlilan. Masyarakat sekitar saling tolong menolong
untuk mempersiapkan acara tahlilan seperti membantu memasak dan lain-lain.
Acara tahlilan juga mempererat tali silaturahmi dan menjaga solidaritas.
Maka dari tradisi Tahlilan ini perlu
dilakukan ketika ada orang yang meninggal dunia untuk melestarikan tradisi yang
ada dan mempertahankan nilai yang tersirat dalam tradisi Tahlilan.
Saran
Tradisi tahlilan hendaknya tetap dilakukan
dan dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat mengetahui dan melaksanakan tradisi
yang sudah ada.
SUMBER
Sumber
primer : Bapak Sumari
Sumber sekunder :
Rodin,Rhoni.2013.Tradisi Tahlilan dan
Yasinan.Jurnal Kajian Islam dan Budaya.II(1).76-85
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar