Kesenian Daerah Kuda Lumping “Embleg” di Buluspesantren

Kesenian Daerah Kuda Lumping “Embleg” di Buluspesantren
Oleh Umi Nurul Afifah
NIM 2017015314

Abstrak
Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yag beragam.  Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa yang harus di jaga dan dilestarikan oleh para penerus bangsa.  Salah satunya adalah tradisi berupa kesenian daerah Kuda Luming atau seing disebut dengan “Embleg” di Kecamatan Buluspesantren, Kebumen. Sampai sekarang kesenian ini masih dijalankan oleh masyarakat ketika ada kegiatan hajatan atau setelah upacara 17 Agustus, tasyakuran. Masyaraat sangat antusias untuk menyaksikan kesenian kuda lumping tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesenian daerah kuda lumping atau yang sering biasa di sebut Embleg di daerah Kecamatan Buluspesantren, Kebumen. Penelitian ini difokuskan pada proses pertunjukan kesenian kuda lumping atau Embleg, Hasil observasiya sebagai berikut : (1) Proses pertunjukan kesenian kuda lumping (2) Anggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Kuda Lumping atau Embleg (3) Upaya menjaga Kesenian Kuda Lumping atau Embleg.


PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak kebudayaan, salah satunya adalah dilihat dari banyaknya kesenian yang lahir dan brkembang di Indonesia. Kesenian tersebut diantaranya seperti seni tari, seni musik, senu ukir dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi kebanggaan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Daerah khususnya Kecamatan Buluspesatren, kabupaten Kebumen terdapat beberapa kelompok kesenian kuda lumping atau embleg. Bentuk pertunjukan ini menarik karena ada penampilan penari laki-laki dan juga perempuam, juga iringan musik gamelan.
Menurut pak Sutomo pada saat wawancara “Kuda lumping atau embleg sudah sangat terkenal di warga daerah sini. Kebanyakan orang yang memiliki hajatan memanggil beberapa grup kuda lumping tersebut. Setiap ada pertunjukan kuda lumping atau embeg selalu ramai penonton, bukan hanya warga sekitar bahkan juga terkadang dari daerah lain yang ingin melihat pertunjukan tersebut”.

b.      Tujuan Observasi
Tujuan dari observasi ini adalah :
1.      Mengetahui bagaimana proses pertunjukan kesenian kuda lumping
2.      Mengetahui anggapan masyarakat terhadap kesenian kuda lumping atau embleg
3.      Mengetaui bagaimana upaya untuk menjaga kesenian kuda lumping atau embleg.


PEMBAHASAN
A.    Filosofi Kuda Lumping
Sejak zaman dahulu anusia tidak lepas dari kepercayaan akan kekuatan di luar dirinya, hal ini ditandai dengan adanya kepercayaan animisme dan dinamisme. Awal mula bentuk kepercayaan adalah timbulnya kekaguman (emosi atau getaran jiwa) manusia terhadap hal-hal dan gejala tertentu yang sufatya luar biasa, dan tidak dapat diterangkan dengan akal manusia, dan yang ada diatas kekuatan alamiyah biasa yaitu kekuatan supranatural (Koentjoroningrat, 1993: 19). Kepercayaan manusia primitif atau manusia kuno, yang berpusat pada kekuatan ghaib yang serupa dengan kekuatan supranatural. Manusia primitif pada umumnya yakin adanya sesuatu zat halus yang memberi kekuatan hidup dan gerak kepada banyak hal didalam alam semesta ini (Koentjoronigrat, 1993: 20). Manusia juga mempunyai keyakina lain yaitu adanya berbagai macam makhluk halus yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya, diantara makhluk halus ada banyak yang merupakan penjelmaan dari jiwa orang yang telah meninggal (Kryut dalam Koenjtoronigrat, 1993: 19). Memuja arwah nenek moyang atau leluhur adalah cara erea beragama, hal ini terjadi karena kepercayaan masyarakat setempat terhadap arwah nenek moyang yang pernah hidup sebelum mereka dianggap lebih banyak pengalaman sehingga perlu dimintai berkah atau petunjuk (Budiono, 2000: 88). Dengan keyakina itu manusia melakukan komunikasi dengan dunia roh sesuai dengan kebutuhan rohaninya. Sampai sekarang masih juga ada bentuk komunikasi dengan roh, meskipun masih melekat dengan budaya yang tidak lepas dari bentuk kesenan tari, yang sekarang dikenal dengan nama Kuda Lumping (Soedarsono, 1976: 10). Beberapa sarana yang ditempuh utuk mendatangkan arwah nenek myang adalah dengan membuat sesaji dan membakar kemenyan atau bau-bauan lainnya yang digemari oleh nenek moyag atau elluhur, dan mengiringi upacara tersebut dengan bunyi-bunyian dan tarian agar arwah nenek moyang yang dipanggil gembira dan berkenan memberikan rahmatnya. Kuda lumping adalah salah satu contoh dari bentuk kesenian yang merupakan peninggalan budaya kuno dimana di dalamnya terdapat unsur-unsur tari dan mengandung kekuatas magis. Sejak dahulu tari erupakan gerakan dari sebuah perwujudan, apakah itu sebuah keinginan, kekuatan, atau kegembiraan. Tari-tari yang dilakukan merupakan bentuk komunikasi terhadap roh-roh nenek moyang, sesuai dengan kepentingan atau tujuan ritual yang dilakukan.

B.     Proses Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping atau Embleg
a.       Struktur Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping
Struktur pertunjukan kesenian kuda lumpig atau embleg yaitu sebelum cara pementasam dimulai dengan acara pembukaan tarian oleh pasukan pasukan dengan membawa peratalan kuda lumpingnya. Mereka menari diiringi oleh musik gamelan di lapangan. Pertunjukan kesenian tari kuda lumping terdapat tiga pokok gerakan yang terdiri dari gerkan pembuka, gerakan inti, dan gerakan penutup. Gerakan pembuka yang meliputi tarian wirayuda, baris dn membuat lingkaran. Gerakan inti yang meliputi gerakan lenggutan kepala, congklak, untan-untan dan membuat lingkaran kecil. Gerakan penutup yang meliputi gerakan berbaring diatas kepang.
b.      Proses Pelaksanaan Kesenian Kesenian Kuda Lumping
Rangkaian pertunjukan kuda lumping atau embleg secara berurutan terdiri dari tiga proses pelaksanan, yaitu pra pertunjukan, pertunjukan, dan pasca pertunjukan.
1)      Pra pertunjukan yang meliputi :
·         Membuat perencanaan acara
Sebelum pertunjukan kuda lumping di laksanakan, ada yang harus dipersiapkan. Pertama adalah persiapan benda-benda dan perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan pertunjukan kuda lumping atau embleg. Kedua persiapan mental anggta, karena selain persiapan melakukan pertunjukan di daerah sendiri juga terkadang tampil di daerah yang lain, semisalkan diundah untuk acara hajatan, tsyakuran dan sebagianya.
·         Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping
Persiapan yang dilakukan pada proses pertunjukan kuda lumping biasanya adalah membersihkan arena pertunjukan, menyiapkan tempat untuk menata gamelan. Membersihkan tempat juga dibantu oleh warga setempat.
·         Mempersiapkan berbagai sesaji
Sesaji yang digunakan saat pertunjukan kuda lumping atau embleg adalah sesaji uantuk diberikan keada para penari yang kesurupan. Sesaji tersebut diantaranya ada telur ayam kampung, bunga (mawar, kantil, kenanga), wedang (kopi manis, kopi pahit, teh manis, teh pahit), air jembawukan (kopi dicampur santan), pisang (raja, ambon), menyan, rokok, jajan pasar, gula batu, daun tawa, jenang merah.
·         Persiapan penari
Setelah sampai ditempat acara, proses bergaris busana atau seragam. Para penari memakai kostus sesuai dengan keseniannya.
·         Membakar menyan
Membakar menyan merupakan sebuah ritual yang dianggap sakral oleh masyarakat pendukung tradisi, terutama yang masih kental degan nuansa kejawen. Pada intinya proses membakar menyang ini dilakukan untuk meminta kepada leluhur dan roh uang berdiam di dalam peralatan kuda lumping atau embleg karena akan diselenggarakannya tarian kuda lumping. Tujuan lain dari proses membakar menyan ini adalah untuk mengundang roh-roh agar hadir dalam tradisi ini, selali itu untuk melindungi dan menghadirkan dari roh-roh yang sifatnya negatif.
2)      Pertujukan Kuda Lmping
Pertunjukan kuda lumping atau embleg dimulai dengan bacaan doa, yang dipimpin oleh ketua anggota. Kemudian setelah selesai berdoa ada sambutan-sambutan, sambutan dari tuan rumah dan sambutan dari salah satu pemain. Setelah selesai sambutan kemudian penabuh gamelan memainkan gamelan, untuk pertanda pertunjukan kuda lumping atau embleg akan segera dimulai. Hal tersebut dijelaskan saat wawancara degan Bapak Sutomo sebagai berikut : “Dalam pelaksanaan yaitu dengan doa, yang dipimpin oleh ketua anggota. Kemudian ada sambutan-sambtan, sambutan dari tuan rumah dan sambutan dari salah satu pemain. Jika sudah sambutan kemudian iringan musik dimulai untuk menandakan pemenasan kuda lumping akan dimulai”
Seetelah iringan musik dimulai oeh para penabuh gamelan, kemudian sebagai gerakan pembuka yaitu wirayuda keluar menari-nari di area pertunjukan. Wirayuda kemudian membunyikan pecut tiga kali, pertanda pasukan penari akan keluar untuk menari. Setelah pasukan penari keluar, kemudian semua penari menari-nari mengikuti iringan musik gamelan. Pada gerakan inti, penari menarikan berbagai macam gerakan seperti ada gerakan lenggukan kepala, gerakan congklak, gerakan thakuran, gerakan nyirig, gerakan untan-untan, gerakan gedrug. Pada gerakan penutup penari menari-nari memutari penari yang sedang berbaring, kemudian wirayuda membunyikan pecut pertanda membangunkan penari yang berbaring. Jika ada penari tersebut yang tidak bangun, maka penari tersebut mengalami kesurupan.
3)      Pasca pertu jukan kesenian kuda lumping
Pasca acara pertunjukan tari kuda lumping yaitu diakhiri dengan penari yang kesurupan. Tidak hanya penari embleg tetapi juga terkadang ada juga dari warga yang kesurupan. Diakhir yang masih kesurupan akan memakai barongan, yang terbuat dari kain goni dan katu. Kepala barongan yang menyerupai genderuwo. Penari yang kesurupan akan disembuhkan oleh pawang. Apabila pemain yang kesuruan sudah sembuh, maka pertunjukan sudah selsesai. Semua penari dan anggota lainnya istirahat, setelah semua sudah selesai istirahat secukupnya kemudian semuanya berdoa dengan doa penutup.
c.       Pendukung Kesenian Kuda Lumping atau Embleg
Dalam kesenian kuda lumping pasti ada pendukung kesenian, pendukung tersebut meliputi penari, tempat dan waktu, tata rias, tata busana, dan tema pertunjukan. Penari meliputi wirayuda, wirapati, wiratamtama, cepetan, barongan, pawang. Tempat dan waktu meliputi lapangan atau tempat terbuka, waktunya pagi, siang dan sore. Alat musik meliputi kendhang, demung, gong, saron, kethuk kenong, bonang. Tata rias meliputi bedak, lipstik, sisir, dan kaca. Ata busana meliputi celana pendek, kaos lengan panjang, rompi, sampur, ikat kepala. Tema pertunjukannya adalah gerakan seekor kuda.
d.      Perlengkapan Pementasan Kuda Lumping atau Embleg
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan kuda lumping adalah perlengkapan pementasan seperti panggung, penari, dan sesaji. Panggung meliputi sound, tarub, dan papan. Penari meliputi seragam, kuda kepang dan pecut. Sesaji meliputi ayam, telur ayam kampung, keapa muda, bunga, minuman, jajan pasar, rokok, dan kemenyan.


C.    Anggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Kuda Lumping atau Embleg
Masyarakat sangat antusian dengan kesenian embleg atau kuda lumping ini. Semua masyarakat menanggapi kesenian kuda lumping dengan baik dan mendukung dengan adanya kesenian kuda lumping. Kesenian kuda lumping begitu dicintai oleh masyarakat.

D.    Upaya Menjaga Kesenian Kuda Lumping atau Embleg
Cara menjaga kesenian kuda lumping agar tetap eksis yatu dengan cara :
ü  Latihan rutin
ü  Membentuk grup
ü  Membentuk organisasi
ü  Pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu pementasan latihan dan pementasan ditanggap
Saat wawancara dengan Bapak Sutomo : “Upayanya ya yaitu sering latihan, kemudian membuat grup, membentuk organisasi, pertunjukan tersebut ada dua yaitu pertunjungan ditanggapdan pertujukan latihan”

E.     Nilai Yang Terkandung Dalam Kesenian Kuda Lumping
1.      Nilai Sosial
Makna sosial dalam mantra kesenian Kuda Lumping desa Rasau Jaya mempunyai makna saling membantu antara sesama dari hal ini muncul sebuah hubungan antara penutur atau pawang dan pemain atau antara pawang dan orang yang mempunyai acara atau hajat. Sehingga sikap saling tolang menolong hadir dan memperkuat hubungan yang tadinya biasa saja menjadi hubungan yang lebih dekat. Makna sosial juga terjadi karena kesenian Kuda.
2.      Nilai Religius
Makna religius adalah unsur kepercayaan akan tuhan, dewa-dewa, malaikat dan makhluk halus. Makna religius dalam mantra kesenian Kuda Lumping berupa permohonan kepada Tuhan dan makhluk halus. Hal ini membuktikan bahwa mantra kesenian Kuda Lumping merupakan suatu perwujudan kepercayaan masyarakat yang meyakini adanya tuhan atau makhluk halus.

  
KESIMPULAN

Hasil observasiya sebagai berikut : (1) Proses pertunjukan kesenian kuda lumping yang terdiri dari struktur pertunjukan kesenian kuda lumping, proses pelaksanaan kesenian kuda lumping yang meliputi pra pertunjukan, pertunjukan, dan pasca pertunjukan. Pra Pertunjukan yang meliputi: membuat perencanaan acara, membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, mempersiapkan berbagai sesaji, persiapan penari, membakar kemenyan. Bentuk pertunjukan kuda lumping meliputi gerakan membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan nyirig membentuk lingkaran besar, gerakan thakuran, gerakan unton-unton. Pasca pertunjukan ditutup dengan penyembuhan penari yang kesurupan. Pendukung Kesenian Kuda Lumping atau Embleg serta perlengkapan pementasan Kuda Lumping atau Embleg. (2) Anggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Kuda Lumping atau Embleg, semua masyarakat menanggapi kesenian kuda lumping dengan baik dan mendukung dengan adanya kesenian kuda lumping. (3) Upaya Menjaga Kesenian Kuda Lumping atau Embleg, yaitu dengan cara : latihan rutin, membentuk grup, membentuk organisasi, pementasan dibagi menjadi dua yaitu pementasan latihan dan pementasan ditanggap.
  
Daftar Pustaka
Sumber Primer :
·         Wawancara dengan Bapak Sutomo, selaku Kepala Desa Ampih
Sumber Sekunder :
·         Lestari, N. B. (2016). Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping . Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa UMP.  9 (02). FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo: Purworejo.
·           Sari, Aulia Veramita. 2017. Makna KesenianTradisional Kuda Lumping Sebagai Seni Pertunjukan. file:///G:/Jurnal%20jurnal/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf (diakses tanggal 5 Mei 2019)
·      https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1366&bih=587&tbm=isch&sa=1&ei=DanPXM_VGtW0mgeZiopI&q=gambar+sesajen+kuda+lumping&oq=gambar+sesajen+kuda+lumping&gs_l=img.3...148844.154183..154864...1.0..0.437.2789.0j4j4j0j3......1....1..gws-wiz img.......0i7i30j0j0i8i7i30.xLI95b58fTY#imgrc=5WKHqjszcmYqnM:
·      https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1366&bih=587&tbm=isch&sa=1&ei=GK3PXLW7H7Pbz7sPofCH0A0&q=gambar+barongan+kuda+lumping+kebumen&oq=gambar+barongan+kuda+lumping+kebumen&gs_l=img.3...32014.33310..33720...0.0..0.128.867.1j7......1....1..gws-wiz-img.......0i30.6zyfiHZOeuE#imgrc=9J6aLGCz9_H48M:

LAMPIRAN










Komentar

  1. KapalJudiLounge

    Judi Bola

    Boskapal Net

    Kapal Judi

    KapalJudi

    1 Akun Untuk Semua Permainan
    - Sportbook
    - Togel
    - Tangkas
    - Poker: Domino99, BandarQ
    - Slot: JDB, Habanero, RTG Slot, Tembak Ikan
    - Casino: LG Casino, GD88, WMCasino, 855Crown, Sabung Ayam

    WA : +62 823 3491 4358 KAPALJUDI
    Instagram Kapal Judi
    Kapal Asia


    biolinky.co/wingameslot
    https://linktr.ee/WINGAMESLOT

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Daerah Kebumen Tradisi Janengan

TRADISI RASULAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL