PERANG KETUPAT DI BANGKA BELITUNG
PERANG
KETUPAT DI BANGKA BELITUNG
Dewi
Septiyani Puji Astuti
ABSTRAK
Tradisi merupakan proses situasi
kemasyarakatan yang didalamnya unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan
dipaindahkan dari generasikegenerasi. Tradisi Perang Ketupat merupakan suatu tradisi
yang dilaksanakan pada tnggal atau minggu ketiga di bulan Sya’ban. Tujuan
diadakannya tradisi ini adalah untuk meminta keselamatan agar kehidupan
mereka tahun ke depan terhindar dari
marabahaya yang akan menimpa masyarakat Desa Tempilang ,yang acaranya perang-
perangan dengan menggunakan ketupat. Perang Ketupat ini merupakan acara adat
desa yang didalamnya akan dilalui beberapa prosesi kegiatan diantaranya
yaitumenghanyutkan perahu. Adapun asal mula tradisi perayaan tradisi ini adalah
pada zaman dahulu, di Desa Tempilang banyak anak gadis yang diambil dan dimakan
siluman buaya. Kondisi Desa Tempilang pada saat itu sangat mencekam dan
sebagian masyarakat merasa ketakutan. Untuk mengatasi masalah tersebut lalu
beberapa dukun berinisiatif untuk mengadakan ritual secara bersama –sama untuk
mencegah terjadinya musibah yang lebih besar lagi. Dalam perkembangan
selanjutnya ritual tersebut oleh masyarakat Desa Tempilang yang dinamakan
tradisi PerangKetupat. Di desa Tempilang Bangka merupakan daerah yang kaya adai
istiadat atau tradisi. Tradisi tersebut sangat berkaitan sekali dengan tipologi
masyarakatnya yang religius,sehingga kebanyakan tradisi ini berkaitan dengan
peringatan hari-hari besar atau hari-hari raya umat Islam.
PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat dan kemampuan- kemampuan lain serta
kebiasaan. Kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.1
Seiring dengan itu, Koentjaraningrat membagi;kedalam tujuh unsur kebudayaaan
yaitu:(1) sistem religi dan upacara keagamaan,(2) sistem dan organisasi kemasyarakatan
,(3) sistem pengetahuan,(4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian dan
(7)sistem teknologi dan peralatan.Kebudayaan yang terdiri dari pola-pola yang
nyata maupun tersembunyi mengarahkan perilaku yang dirumuskan dan dicatat oleh manusia melalui simbol-simbol
yang menjadi pengarah yang tegas bagi kelompok-kelompoknya.Kebudayaan itu sendiri
merupakan kesatuan dari gagasan, simbol simbol dannilai yang mendasari hasil
karya dan perilaku manusia.
Perilaku manusia yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan
oleh manusia secara terus menerus pada akhirnya akan menjadi sebuahtradisi.
Sejalan dengan
adanya penyebaran agama,tradisi yang terdapat pada suatu masyarakat akan dipengaruhi
oleh ajaran agama yang berkembang.
Dengan tradisi.Tradisi
yang ada selalu dikaitkan dengan tipologi masyarakat yang religius. Pernyataan
tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan perkawinan,hukum waris,upacara sedekah anatauken
durian,kesenian,dantradisiPerangKetupat.
Tradisi Perang Ketupat merupakan suatu tradisi yang
dilaksanakan pada tanggal 15 atau minggu ketiga di bulan Sya’ban. Tujuan
diadakannya tradisi ini adalah untuk meminta keselamatan dan perlindungan
kepada Tuhan yang Maha Esa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
oleh manusia. Oleh karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa
Tempilang adalah sebagai nelayan dan petani maka tradisi Perang Ketupat
diadakan untuk menghindari malapetaka yang disebabkan oleh makhluk ghaib dan
kekuatan ghaib, baik yang ada di laut (berkaitan dengan nelayan), maupun di
darat yang berkaitan dengan petani.Para nelayan dan petanI mempercayai adanya
suata alam ghaib yang tidak tampak yang dihuni oleh makhluk ghaib maupun
kekuatan yang tidak dapat di lihat oleh manusia dengan cara-cara biasa. Makhluk
dan kekuatan yang menduduki alam ghaib itu dipercayai mampu memberikan
pertolongansekaligus sebagai penyebab terjadinya bencana. Untuk itu masyarakat
mengadakan ritual sebagai persembahan kepada yang ghaib, yakni dalam bentuk
tradisi Perang Ketupat.Upacara Perang Ketupat menurut sejarahnya, semula
diadakan untuk melakukan persembahan kepada penguasa laut akan tetapi setelah
masuksegi tujuan maupun bentuk-bentuk ritualnya yang mulai bergeser yakni
memadukan unsur religius dengan budaya lokal. Unsur atau nilai Islam dalam
tradisi Perang Ketupat tampak pada kegiatan sedekah dan tahlilan di masjid, sedangkan unsur budaya lokal tampak pada
prosesi tradisi Perang Ketupat.Prosesi dalam tradisi Perang Ketupat didahului
dengan pembacaan mantera oleh seorang dukun laut dan seorang dukun darat
dihadapan sebuah perahu kecil yang memuat sesajen yang siap dihanyutkan ke
laut.Menurut kepercayaan, dukun laut akan berkomunikasi dengan roh-roh di laut,
sementara dukun darat dengan roh-roh di darat. Para dukun atau orang pintar itu
meminta kepada roh-roh baik agar selalu menjaga dan melindungi masyarakat dari
malapetaka. Usai pembacaan mantera, ditampilkan tari burung Kedidi. Tari
tersebut menggambarkan kebebasan yang diperagakan oleh anak buah orang pintar.
Atraksi dilanjutkan dengan Perang Ketupat, yang pesertanya terdiri dari dua
kelompok, satu dari pihak pengunjung dan satu dari pihak anak buah dukun.
Masing-masing kelompok terdiri dari 10-15 orang yang berdiri berhadapan dan
bersiap saling lempar ketupat. Sebelum perang dilakukan, orang pintar akan
membaca mantera dan memercikan air keketupat
yang akan digunakan agar tidak menimbulkan rasa sakit ketika menghantam tubuh
orang. Setelah ada komando dari sang dukun, perang pun dimulai dimana dua
kelompok saling melempar ketupat sekuat-kuatnya ke tubuh lawan perang yang
berlangsung 5 menit. Usai perang, para dukun kemudian melepas perahu kecil yang
memuat sesajen ke laut sebagai bentuk persembahan kepada roh-roh dilaut.
Tujuan
1.Untuk
mengetahui mengapa perang ketupat tetap di lestarikan oleh masyarakat tempilang
2.
untuk mengetahui simbol dan makna perang ketupat
3.
untuk memahami nilai dan fungsi dalam
perang ketupat.
PEMBAHASAN
Perang
ketupat merupakan acara adat dimana para peserta perang
meleparkan ketupatnya sebagai senjata untuk saling melawan dalam perang ketupat. Tradisi perang ketupat ini terdapat di Bangka
Belitung tepatnya di Tempilang Bamgka Barat yang sering di sebuat dengan ruah
nya daerah tempilang. Pada biasanya
acara perang ketupat ini biasanya di laksanakan pada masuk tahun baru islam atau 1 Muharam yang di
laksanakan di pantai tempilang. Tujuan dari perang ketupat ini adalah memerangi makhluk halus yang di anggap
mengganggu aktivitas masyarakat di desa Tempilang baik di darat maupun di laut dan dengan menggunakan ketupat sebagai senjatanya,membersihakan desa dari roh jahat . perang ketupat ini biasanya di lakukan dengan
membawa ketupat , hasil darat dan hasil laut warga yang telah di olah yang di
arak oleh para warga untuk berkeliling untuk menandai perang ketupat di
mulai pemimpin akan menyalakan meriam
sebagai pertanda . perang ketupat ini
sangat di gemari oleh warga di sana dan para remaja-remaja bukan hanya itu saja
banyak warga dari luar tempilang yang
jauh- jauh datang untuk menyaksikan perangketupat tersebut jadi tidak heran.
Pelaksanaan
upacara adat Perang Ketupat dipimpin oleh Ketua Adat setempat, yaitu Keman.
Secara garis besar, upacara ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu Ngancak,
prosesi ritual pertama yang mengawali rangkaian acara dalam upacara adat Perang
Ketupat, Taber Laut,
pemercikan
air yang telah didoakan saat ritual Ngancak ke air laut, Perang Ketupat4 dan
terakhir Taber Kampung, memercikkan air yang sama seperti pada Taber Laut ke
setiap rumah-rumah penduduk satu kampung selama tiga sampai empat hari. Tujuan
dari pelaksanaan rangkaian prosesi upacara adat ini adalah untuk mendoakan
keselamatan orang-orang yang bermukim di wilayah Tempilang selama setahun
penuh. Upacara adat ini dipercaya bisa menghindarkan masyarakat Tempilang dari
gangguan jin dan makhluk
halus
atau setan pengganggu aktivitas masyarakat yang mencari nafkah baik di darat
maupun di laut melalui peringatan atau himbauan dalam bentuk mantra-mantra yang
dilakukan oleh dukun atau ketua adat Tempilang kepada para makhluk halus
tersebut agar tidak mengganggu warga Tempilang
dan sekitarnya sekaligus tamu-tamu yang hadir dalam upacara .
kesimpulan
Tradisi
merupakan proses situasi kemasyarakatan yang didalamnya unsur-unsur dari
warisan kebudayaan dan dipaindahkan dari generasikegenerasi. Salah satunya
adalah perang ketupat.
Tradisi
Perang Ketupat merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan pada tnggal atau
minggu ketiga di bulan Sya’ban. Tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk
meminta keselamatan agar kehidupan mereka
tahun ke depan terhindar dari marabahaya yang akan menimpa masyarakat
Desa Tempilang ,yang acaranya perang- perangan dengan menggunakan ketupat.
Perang Ketupat ini merupakan acara adat desa yang didalamnya akan dilalui
beberapa prosesi kegiatan diantaranya yaitumenghanyutkan perahu. Adapun asal
mula tradisi perayaan tradisi ini adalah pada zaman dahulu, di Desa Tempilang
banyak anak gadis yang diambil dan dimakan siluman buaya.
Daftar
pustaka
Wawancara
Dgilib.uin-suka.ac.id
Repository.unj.ac.id
www.jelajahBangka.com
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar