MELESTARIKAN ADAT BUDAYA LOKAL MARAS TAUN DI DESA SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG
MELESTARIKAN
ADAT BUDAYA LOKAL MARAS
TAUN DI DESA SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG
Nama : Lia Indah Lestari
Nim : 2017015060
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dan nilai tradisi upacara adat Maras Taun di Kabupaten Belitung. Maras Taun merupakan salah satu upacara adat yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat di Kabupaten Belitung. Maras Taun tidak hanya sekadar sebuah perayaan rutin yang setiap tahun oleh setiap desa di Pulau Belitung, namun dalam perayaan tersebut setidaknya terdapat tiga dimensi, yakni tradisi, simbolisme, dan nilai. Maras Taun merupakan upacara syukuran panen padi yang dilaksanakan setahun sekali pasca panen padi, karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian petani ladang. Pada perkembangan selanjutnya. upacara ini bertransformasi menjadi selamatan kampung karena masyarakat sudah jarang yang bertani di ladang disebabkan adanya perubahan sosial. Namun hal tersebut tidak mengurangi kesakralan dari upacara adat tersebut. Hasil kajian ini menemukan bahwasanya setiap tahapan dalam upacara perayaan Maras Taun kaya akan simbol-simbol dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dan nilai tradisi upacara adat Maras Taun di Kabupaten Belitung. Maras Taun merupakan salah satu upacara adat yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat di Kabupaten Belitung. Maras Taun tidak hanya sekadar sebuah perayaan rutin yang setiap tahun oleh setiap desa di Pulau Belitung, namun dalam perayaan tersebut setidaknya terdapat tiga dimensi, yakni tradisi, simbolisme, dan nilai. Maras Taun merupakan upacara syukuran panen padi yang dilaksanakan setahun sekali pasca panen padi, karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian petani ladang. Pada perkembangan selanjutnya. upacara ini bertransformasi menjadi selamatan kampung karena masyarakat sudah jarang yang bertani di ladang disebabkan adanya perubahan sosial. Namun hal tersebut tidak mengurangi kesakralan dari upacara adat tersebut. Hasil kajian ini menemukan bahwasanya setiap tahapan dalam upacara perayaan Maras Taun kaya akan simbol-simbol dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Kata Kunci:
Tradisi Maras Taun, makna dan nilai, Kabupaten Belitung.
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang kaya akanragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu
tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki corak dan
ragam berbeda yang akan menunjukkan identitas dan ciri daerah masing-masing.
Tradisi dan kebudayaan umumnya sudah melekat kuat dalam praktik kehidupan
masyarakat setempat yang merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.
Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di propinsi Bangka-Belitung. Propinsi
BangkaBelitung terdiri dari dua pulau yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung.
Salah satu kebudayaan yang menarik di daerah
Bangka-Belitung, tepatnya di Belitung yaitu Upacara Adat Maras Taun. Belitung
adalah masyarakat kepulauan dengan mata pencaharian berladang walaupun ada juga
yang memilih menjadi nelayan. Sebagai rasa syukur atas panen inilah kemudian
diadakan perhelatan ritual Maras Taun pada setiap tahunnya. Dalam rasa syukur
ini dimintakan pada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan warga dan keberhasilan
untuk panen ditahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya memaras atau berselamatan
tahun yang kemudian disebut saja dengan “Maras Taun atau Maras Tahun”.Maras
Taun adalah ucapan syukur atas limpahan rezeki dari hasil panen bagi para
petani padi ladang di pulau Belitung dengan cara sedekah pada kekuatan alam
ketika masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Namun ketika Islam masuk
maka ucapan syukur tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Padi ladang hanya dapat
dipanen setelah ditanam sembilan bulan sehingga peringatannya dilakukan setahun
sekali yaitu minggu awal di bulan April.
Namun pada
perkembangannya saat ini, peringatan panen padi itu berkembang menjadi
peringatan syukur bagi semua penduduk pulau, baik yang berprofesi sebagai
petani padi maupun nelayan. Jika petani merayakan panen, maka nelayan merayakan
musim penangkapan ikan dan laut yang tenang. Pada intinya, semua bersyukur
untuk hasil panen pada bidang masing-masing selama setahun yang telah lewat.
Setiap upacara adat yang dilaksanakan di berbagai daerah sebenarnya bukan
masalah pribadi yang biasa dipimpin oleh tetua adat atau dukun kampung
setempat, tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat yang
terikat dalam adat tersebut. Begitu pula halnya di Belitung, upacara adat Maras
Taun merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Upacara adat
di Belitung tepatnya di Kecamatan Selat Nasik ini melibatkan seluruh
masyarakat, baik keluarga dari dukun kampung itu sendiri maupun masyarakat yang
tinggal di desa tersebut. Upacara adat Maras Taun di kecamatan Selat Nasik kini
tidak hanya sekedar ucapan syukur masyarakat setelah memanen padi tetapi juga
untuk menjalin tali silahturrahmi dan rasa persaudaraan antara masyarakat. Dari
beberapa sistem sosial budaya masyarakat yang diatur secara adat istiadat
tertentu, di daerah Belitung, upacara adat Maras Taun merupakan budaya yang
terlihat paling menonjol dan nampak masih sering dilaksanakan oleh sebagian
besar masyarakat Belitung. Sebagaimana halnya daerah-daerah lain, adat istiadat
Belitung sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah yang tentunya aset
kebudayaan nasional juga terancam musnah. Sesuai kodratnya, tiap kebudayaan
yang ada di muka bumi ini pasti mengalami perubahan, cepat atau lambat.
Perubahan ini tidak hanya terbatas pada bentuk lahirnya saja tetapi juga tidak
jarang pula pada maksud atau makna yang terkandung di dalamnya. Demikian juga
halnya dengan upacara-upacara adat yang ada dalam suatu masyarakat, cepat atau
lambat pasti mengalami perubahan, bahkan mungkin mengalami kepunahan.
Rangkaian perayaan Maras
Taun dapat berlangsung selama satu minggu , dengan hari terakhir sebagai puncak
perayaan. Sebelum puncak perayaan, masyarakat yang hadir disuguhi beragam
pertunjukan kesenian dari Desa Selat Nasik maupun dari daerah-daerah lainnya.
Beragam kesenian seperti selamatan awal lokasi maras taun, pembukaan (yasinan
bersama ) Hiburan malam, lomba menyanyi lagu daerah , pemilihan bujang dayang
kecamatan selat nasik, Stambul Fajar khas Belitung, Tari Piring khas Minang,
dan Teater Dulmuluk dipertontonkan. Selain kesenian tradisional, pentas musik
organ tunggal juga turut menambah kemeriahan pesta rakyat ini.
Pada puncak perayaan,
acara dibuka dengan lagu dan tari Maras Taun yang dibawakan oleh dua belas
gadis remaja, yang menggunakan kebaya khas petani perempuan, lengkap dengan
topi capingnya. Lagu yang dinyanyikan oleh para remaja ini merupakan lantunan
ucapan syukur atas hasil bumi yang mereka dapatkan. Sementara itu, gerak dalam
tarian ini menyimbolkan para petani yang bekerja sama saat memanen padi ladang.
Usai tarian dipentaskan,
acara dilanjutkan dengan Kesalan. Kesalan sendiri merupakan haturan doa syukur
atas panen yang telah dilewati dan permohonan berkah untuk masa depan, yang
dipimpin oleh dua orang tetua adat Selat Nasik. Usai doa dipanjatkan, kedua
tetua adat ini menyiramkan air yang telah dicampur dengan daun Nereuse dan
Ati-ati. Penyiraman air ini merupakan simbol untuk membuang kesialan bagi warga
desa.
Suasana perayaan Maras
Taun akan semakin meriah ketika lepat (makanan dari beras ladang berwarna
merah, yang diisi potongan ikan atau daging), diperebutkan oleh masyarakat.
Dalam upacara Maras Taun, akan disajikan dua macam lepat, yakni sebuah lepat
berukuran besar dengan berat sekitar 25 kilogram, dan lepat berukuran kecil
berjumlah 5.000 buah. Lepat besar akan dipotong oleh pemimpin setempat ataupun
tamu kehormatan, yang kemudian dibagi-bagikan kepada warga setempat. Pemotongan
dan pembagian lepat ini merupakan simbol dari seorang pemimpin yang harus
melayani warganya. Setelah itu, masyarakat setempat akan berebut untuk
mengambil lepat-lepat kecil. Berebut lepat merupakan simbol kegembiraan warga
atas hasil panen dan tangkapan ikan yang baik.
Tujuan
Penelitian
Untuk Memberi informasitentang bagaimana Upacara Adat
Maras Taun yang berada di kecamatan Selat Nasik .dan upaya melestarikan tradisi
yang ada di kabupaten Belitung dalam
mempertahankan aset budaya dalam menunjang dan mengembangkan pariwisata
di kecamatan Selat Nasik agar kebudayaan yang ada di Pulau Belitung ini tidak
tenggelam ataupun punah oleh adanya perubahan zaman.
Manfaat
Penelitian
untuk mengatahui bagaimana proses dalam upacara
kegiatan maras taun yang menjadi salah satu kegiatan yang setiap tahun
dilaksanakan sebagai rasa syukur atau peringatan hasil panen padi pada masa
dulu. Sebagai media komunikasi dan
informasi kepada para budayawan tentang upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kebudayaan daerah.
Pembahasan
Maras Taun adalah upacara yang dilakukan petani
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas panen padi ladang. Upacara Maras Taun
ini terkait erat dengan ladang berpindah yang dalam bahasa Belitongnya disebut
ume. Untuk berladang atau berume, seseorang selalu berhubungan dengan dukun
kampong. Peran dukun kampong dalam berume sangat besar. Mulai dari menentukan tempat
sampai berakhirnya panen padi selalu melibatkan dukun kampong.
Ucapan rasa syukur ini juga mereka sampai kepada dukun
kampong, karena peran dukun kampong sangat besar, mereka menghargainya dengan
cara memberi hasil panennya berupa beras baru dari hasil panen. Besarnya
pemberian setiap orang yang berladang ini tergantung pula pada hasil panen dan
kesepakatan diantara mereka. Jika panen berhasil, tentunya pemberian kepada
dukun kampong banyak juga. Begitu pula jika panen padi kurang berhasil,
pemberian kepada dukun kampongpun akan sedikit berkurang. Tidak ada aturan yang
baku, hanya kesepakatan diantara mereka yang berume. Pemberian ini sebagai
suatu penghargaan kepada dukun kampong, karena dukun kampong tidak mempunyai
penghasilan yang tetap. Sebagai rasa syukur lainnya, mereka mengadakan hiburan
dengan cara mempertunjukkan kesenian daerah seperti: lesong batang/panjang,
beripat/beregong, campak darat, dll.
Jalannya
upacara Maras Taun Biasanya perayaan maras taun berlangsung 7 hari dengan hari
terakhir sebagai puncak perayaan, dengan susunan kegiatan upacara maras taun,
yaitu: Pembentukan Panitia Masyarakat berkumpul untuk membentuk panitia yang
terdiri dari panitia pengarah, panitia pelaksana dan seksi-seksi sesuai
kebutuhan.
1. Penebangan Kayu
Kegiatan ini dilakukan oleh
sebagian masyarakat yang sudah ditunjuk dengan restu dukun kampung. Kayu
digunakan untuk membuat panggung beregong, bangsal dapur untuk memasak dan
kebutuhan kayu bakar.
2. Pembuatan
Panggung dan Tenda
Setelah kayu
dan akar berebat didapat, mulailah panggung beregong dibuat untuk nanti
pementasan beripat beregong yang diiringi alat musik beregong berupa kelinang
dan gong. Kemudian pembuatan bangsal dapur untuk memasak. Pembuatan panggung
dan dapur ini biasanya sehari semalam dan malam harinya tinggal menghiasi.
3. Pencaharian
Dana Dari Masyarakat.
Dana
pelaksanaan maras taun diambil dari sumbangan masyarakat yang jumlahnya sudah
disepakati saat pertemuan awal. Dana dikumpulkan oleh Ketua RT setempat dan
biasanya jarang ada yang keberatan. Jikapun ada yang tidak ikut menyumbang, maka
akan dikucilkan masyarakat
4. Selamatan
Acara ini
dilaksanakan sehari sebelum acara puncak yang dihadiri oleh tokoh adat, agama,
masyarakat dan panitia. Acaranya setelah Shalat Isya dengan Susunan acara (1)
Pembukaan (2) Pembacaan do’a (3) makan bersama (4) Nyucor Air Sembilan yang
dilakukan oleh dukun kampung dengan menyucurkan air dalam botol dibatas-batas
desa sebelum pukul 24.00 dengan tujuan agar masyarakat setempat selamat dari
segala gangguan yang tidak diinginkan.
5. Pelaksanaan.
Acara puncak
maras taun terdiri atas pembukaan, sambutan ketua kampung, do’a dan ritual .
Dalam acara ini disiapkan ketupat atau lepat empat buah, irisan daun neruse dan
daun ati-ati, tepung tawar, serta air. Setelah do’a dukun kampong akan
memberikan wejangan berupa :
a. selama
3 hari tidak usah pergi ke hutan
b. Masyarakat lebih giat beribadah
c. Masyarakat tidak berkelahi, termasuk kriminal
lainnya
d. Masyarakat
tidak berjudi dan minuman memabukkan
e. Masyarakat
tidak mengganggu warga lainnya.
6. Penutup
Acara ditutup
dengan bersama membaca hamdallah dan kemudian bahan-bahan saat do’a tadi
dibagi-bagi untuk ditaburkan dipekarangan rumah masing-masing untuk tujuan
keselamatan. Sebagai rasa syukur selanjutnya diisi dengan makan bedulang.
Selanjutnya juga ada acara hiburan tradisional seperti campak, mulok dan
beripat bereggong.
a. Kelengkapan
Maras Taun
Sebagai
dijelaskan dalam proses maras taun diatas, maka perlengkapan yang dibutuhkan
adalah panggung, dapur, bahan – bahan ritual dan berbagai jenis makanan yang
akan dimakan bedulang.
b. Makna
dan Nilai Maras Taun
a.
Nilai Religius Maras taun adalah ungkapan rasa syukur
atas limpahan panen tahun ini dan berdoa agar tahun berikutnya bisa lebih baik,
serta dibacakannya ayat-ayat suci Al Quran dan Salawat Nabi selama ritual maras
taun.
b.
Nilai Sosial Maras taun menjadi ajang mempererat
silahturahmi antar warga setempat, saling membantu dan tolong menolong serta
menjalin kebersamaan sesama warga.
c.
Nilai Gotong Royong Adanya pencarian kayu bersama ,
lalu membuat panggung dan dapur dengan bersama-sama menunjukkan tingginya
semangant gotong royong masyarakat. Ibu-ibu juga bersama-sama untuk memasak
tanpa ada imbalan materi.
d.
Nilai Seni Maras Taun juga mengandung nilai seni karena
diiringi pula dengan berbagai penampilan dan pertunjukkan seni tradisional
seperti campak, mulok dan beripat bereggong.
KESIMPULAN
Maras taun merupakan
salah satu tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat
Belitung. Maras taun tidak hanya sekadar sebuah perayaan rutin yang
digelar setiap tahun oleh setiap desa di Pulau Belitung, namun dalam perayaan
tersebut terkandung tiga dimensi di antaranya tradisi, pemaknaan, dan nilai.
Maras taun merupakan
upacara syukuran panen padi karena sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian berladang. Selanjutnya, berkembang menjadi upacara selamatan
kampung karena masyarakat sudah jarang
berladang disebabkan adanya pengaruh modernisasi. Meskipun demikian, hal ini
tidak mengurangi kesakralan dari upacara adat maras taun itu sendiri.
Setiap tahapan dalam upacara perayaan marastaun kaya akan simbol-simbol
dan makna serta nilai yang terkandung di dalamnya. Kini upaya membangkitkan
budaya daerah sudah menjadi pemikiran pemerintah, dari pusat hingga ke
daerah-daerah. Adat budaya bukan hanya sebatas bagian pendukung pariwisata,
melainkan juga merupakan ajang pelestarian budaya daerah di masa yang akan
datang. Melestarikan kearifan lokal dan seni budaya setidaknya menjadi
pemikiran Pemerintah Kabupaten Belitung.
Untuk itulah kegiatan upacara adat maras taun adalah
sebagai upaya untuk melestarikan adat budaya Belitung yang sudah mulai luntur.
Acara kegiatan maras taun pada tahun ini tak jauh berbeda dengan
kegiatan serupa tahun-tahun sebelumnya. Sebab, makna dari upacara adat maras
taun sesungguhnya merupakan petunjuk yang terang betapa leluhur mereka
bersahabat dengan alam. Masyarakat tahu bagaimana dan kapan harus menanam,
sebagaimana mereka pahami soal ekosistem. Misalnya, kepalak air tidak
boleh diganggu karena merupakan sumber kehidupan. Mereka juga bersahabat dengan
angin dan api, sehingga puluhan hektar lading yang mereka garap tidak
menimbulkan kebakaran
hutan.
Hasil yang mereka peroleh disyukuri dengan tunduk dan tawadu yang diaktualkan
dalam sebuah kegiatan masyarakat sebagai selamatan atas keberhasilan menanam
padi dan melaksanakan panen. Uniknya, pada kegiatan maras taun tidak
hanya dijadikan sebuah tontonan adat atau ritual bagi masyarakat saja,
melainkan juga dianggap sebagai kegiatan hiburan keluarga. Agenda maras taun
merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun.
Untuk
itulah, Pemerintah Kabupaten Belitung menjadikan maras taun sebagai
bagian pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung yang tengah menggeliat
pasca booming-nya Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Saran
Semoga kegiatan Maras Taun ini bisa dilaksanakan
setiap tahunnya agar kebudayaan ini tidaklah punah, dengan seiringnya zaman sekarang, untuk itu
kita sebagai generasi muda hendaklah
menjaga kebudayaan dan melestarikan budaya yang ada agar selalu berkembang.
Dengan adanya apresiasi dari banyak wisata luar yang ikut serta memeriahkan
kegiatan tersebut, dengan adanya apresiasi pemecahan rekor lepat terbesar di
dunia bisa menjadikan budaya tersebut lebih dikenal dari wilayah lain.
Lampiran
Daftar
Pustaka
Ø -http://babelprov.go.id/content/maras-taun-moment-melestarikan-seni-budaya-belitung
Ø -http://www.radarbangka.co.id/berita/detail/belitong/30141/ribuan-warga-hadiri-puncak-maras-taun.html
Ø -http://www.indonesiawonder.com/id/tour/upacara-adat-ritual/pesta-rakyat-maras-taun
Ø -https://buletinbelitong.com/bupati-maras-taun-menghilangkan-kesenjangan-sosial/
Ø -https://rinawuriastuti666.wordpress.com/2014/07/09/budayamakanan-dan-ciri-khas-daerah-belitung/
Komentar
Posting Komentar