Mari Mengenal Kebudayaan Belitung
Mari Mengenal Kebudayaan Belitung
Karmila 2017015054
Abstract
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari
dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil
seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau Selat Nasik, total
pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50
pulau. Bangka
Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi
Sumatera Selatan. Bangka Belitung
dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan
kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi
ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Selain itu pesona alamnya yang indah, Pulau Belitung juga memiliki
kekayaan budaya dan tradisi yang begitu menarik, berbagai adat istiadat, tarian
tradisional. Tidak mengherankan, dengan segala daya pikat tersebut menjadikan
para turis, baik lokal maupun internasional tak pernah bosan mengunjungi
kepulauan ini
Kebudayaan
menurut Ki Hajar Dewantara dudefinisikan sebagai buah budi manusia, yang
merupakan hasil dari dua pengaruh besar yaitu alam dan kodrat masyarakat. Ini juga
merupakan sebuah bukti kejayaan kehidupan manuisa untuk dapat mengatasi
kesulitan didalam hidupnya agar keselamatan dan kebahagiaan bias tercapai.
Nantinya, sifat tertib dan damai juga akan terlahir dari sini.
Maras taun adalah ritual
yang digelar oleh masyarakat provinsi
Bangka Belitung, lebih tepatnya di kapupaten Belitung nya. Maras taun
merupakan perwujudan rasa syukur kepada tuhan atas segala kebaikan dan
kemudahan yang telah diberikan dan dianugrahkan kepada mereka. Maras Taun
merupakan sebuah tradisi yang biasa dilakakn secara rutin di setiap tahunnya,
di seluruh kecamatan yang ada di Belitung .
Kata kunci : kebudayan,
Maras Taun
A. Latar belakang
Kebudayaan menurut Ki
Hajar Dewantara dudefinisikan sebagai buah budi manusia, yang merupakan
hasil dari dua pengaruh besar yaitu alam dan kodrat masyarakat. Ini juga
merupakan sebuah bukti kejayaan kehidupan manuisa untuk dapat mengatasi
kesulitan didalam hidupnya agar keselamatan dan kebahagiaan bias tercapai.
Nantinya, sifat tertib dan damai juga akan terlahir dari sini.
Salah satu provinsi di
Indonesia yang kaya akan kebudayaannya adalah Pulau Bangka Belitung, yang
merupakan tempat dilakukannya proses shooting film “Laskar
Pelangi”. Dalam film tersebut, kita dapat melihat beberapa keindahan pulaunya,
tariannya, cara berbicara, berpakaian dan sebagainya. Namun hal tersebut
tentunya kurang mendalam untuk mengetahui seluk beluk dari Kebudayaan Bangka
Belitung.
Selain itu, seiring dengan
perkembangan jaman dan adanya arus globalisasi banyak kebudayaan lain yang
masuk dan menyebar di Indonesia. Masuknya kebudayaan baru ke Indonesia tersebut
mempunyai dampak baik positif maupun negatif.
Salah satu dampak negatif
dari masuknya kebudayaan baru di Indonesia adalah lunturnya nilai-nilai
kebudayaan yang ada di Indonesia dan kurangnya kepedulian terhadap kelestarian
budaya yang ada di Indoensia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberpa
kebudayaan yang diakui oleh negara lain. Hal tersebut, senada dengan yang
diungkapakan oleh Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI)
mencatat setidaknya ada sepuluh budaya Indonesia yang diklaim sebagai milik
Malaysia. Kesepuluh budaya tersebut, yaitu batik, lagu rasa sayange, reog
Ponorogo, wayang kulit, kuda lumping, rendang Padang, keris, angklung, tari
pendet, tari piring, dan gamelan Jawa.
Selain itu, adanya budaya
barat yang masuk ke Indoensia, menyebabkan pola perilaku sebagian penduduk
Indonesia mengalami degradasi moral, hedonisme, penduduk menjadi konsumtif,
individualis, dan sebagainya. Oleh karena kita berusaha menjaga kelestarian dan
keberadaan kebudayaan di Indoensia adalah dengan mempelajari apa saja
kebudayaan yang ada di Indonesia, nilai apa yang terkandung di dalam sebuah
budaya, ataupun bahkan kita dapat mempraktekkan salah satu kebudayaan, baik
berupa tarian, lagu, cara berpakaian dan sebagainya.
Oleh karena itu, artikel
ini mengambil judul “Mari
Mengenal Kebudayaan Belitung ” untuk mempelajari dan memahami wujud dari
kebudayaan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaan Belitung. Selain
itu, artikel ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah kebudayaan daerah yang diampu oleh bapak akbar
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan ritual Maras Taun,
2.
Untuk menambah wawasan bagaimana kebudayaan ritual Maras Taun,
PEMBAHASAN
Budaya lokal adalah suatu kebiasaan dalam wilayah
atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi
terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya
daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan
kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan
masyarakat dengan penduduk-penduduk yang lain, begitu pun Pulau Belitung. Salah
satu ritual yang ada di Belitung adalah maras taun yang dilakukan di setiap
kecamatan yang ada di Belitung. Maras Taun merupakan upacara yang bersifat
spiritual keagamaan dan kepercayaan masyarakat dalam mengekspresikan pola
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu sebagai
pengungkapkan rasa syukur atas karunia sang pencipta.
Upacara adat Maras Taun dalam studi Etnografi
komunikasi sangat dipercaya bahwa setiap individu ketika berkomunikasi akan
dipengaruhi dan di atur oleh kaidah-kaidah sosiokultural darimana ia berasal
dan dimana ia berkomunikasi, salah satunya bahasa. Dalam perkembangannya
setelah diterima asumsi mengenaihubungan antara bahasa dan kebudayaan.
Perkembangan pemahaman bahwa komunikasi dan bahasa adalah unsur utama
terbentuknya masyarakat dan kebudayaan. Jadi realitas yang diterjemahkan
sebagai bahasa, terbentuk secara sosial atau produk dari komunikasi.
Upacara adat Maras Taun yang masih dijalankan oleh
sekelompok masyarakat yang berada di Selat Nasik, Belitung, karena pada zaman
sekarang kita semua berada dalam era modernisasi dengan segala aspek negatif
maupun positifnya, tetapi masih ada sekelompok masyarakat yang masih memegang
teguh hukum adat dan masih menjalankan upacara adat yang dianggap sebagian
orang cara-caranya bertentangan dengan ajaran agama, yaitu agama islam.
Maras taun adalah salah satu adat orang Belitung, Maras
merupakan adat orang belitung dalam menyambut pergantian tahun. Dalam
pengertian Maras adalah potong, sedangkan taun adalah tahun. Jadi maras taun
adalah pemotongan 6 tahun dari tahun yang lama ke tahun yang baru dan dalam
istilah Selamatan Kampung yang dipimpin oleh dukun kampung bersama masyarakat.
Maras Taun sering disambut oleh masyarakat Belitung dengan syukuran, hal ini
ditandai dengan acara yang sangat meriah dengan menghadirkan budaya daerah
belitung seperti, hiburan Campak Darat, Beripat, Betiong, Berudat Kesenian
Lesung Panjang dan banyak lagi kesenian daerah yang ditampilkan, setelah
beberapa acara dilalui, dukun kampong bersama-sama warga melakukan ritual
selamatan dengan disertai memanjatkan do’a kepada ALLAH agar selalu dalam
perlindungannya serta dijauhkan dari mara bahaya dan juga meminta rizki yang
lebih dimasa yang akan datang.
Selain menyambut pergantian tahun, budaya Maras Taun
juga disertai dengan syukuran masyarakat selat nasik sebagai tanda terima kasih
kepada ALLAH SWT, karena limpahan rahmat dan rizki yang telah diberikan kepada
seluruh masyarakat Selat nasik.
Upacara Adat Maras Taun juga termasuk kedalam suatu
ritual kebudayaan. “Ritual adalah serangkaian kegiatan stereotip yang
melibatkan gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di suatu tempat
dan dirancang untuk mempengaruhi kekuatan alam demi kepentingan dan tujuan
pelakunya. Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada
aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan.
Rangkaian perayaan Maras Taun dapat
berlangsung selama tiga hari, dengan hari terakhir sebagai puncak perayaan.
Sebelum puncak perayaan, masyarakat yang hadir disuguhi beragam pertunjukan
kesenian dari Desa Selat Nasik maupun dari daerah-daerah lainnya. Beragam
kesenian seperti Stambul Fajar khas Belitung, Tari Piring khas Minang, dan
Teater Dulmuluk dipertontonkan. Selain kesenian tradisional, pentas musik organ
tunggal juga turut menambah kemeriahan pesta rakyat ini.
Pada puncak perayaan, acara dibuka dengan lagu
dan tari Maras Taun yang dibawakan oleh dua belas gadis remaja, yang
menggunakan kebaya khas petani perempuan, lengkap dengan topi capingnya. Lagu
yang dinyanyikan oleh para remaja ini merupakan lantunan ucapan syukur atas
hasil bumi yang mereka dapatkan. Sementara itu, gerak dalam tarian ini
menyimbolkan para petani yang bekerja sama saat memanen padi ladang. Usai
tarian dipentaskan, acara dilanjutkan dengan Kesalan. Kesalan sendiri merupakan
haturan doa syukur atas panen yang telah dilewati dan permohonan berkah untuk
masa depan, yang dipimpin oleh dua orang tetua adat Selat Nasik. Usai doa
dipanjatkan, kedua tetua adat ini menyiramkan air yang telah dicampur dengan
daun Nereuse dan Ati-ati. Penyiraman air ini merupakan simbol untuk membuang
kesialan bagi warga desa.
Suasana perayaan Maras Taun akan semakin
meriah ketika lepat (makanan dari beras ladang berwarna merah, yang diisi
potongan ikan atau daging), diperebutkan oleh masyarakat. Dalam upacara Maras
Taun, akan disajikan dua macam lepat, yakni sebuah lepat berukuran besar dengan
berat sekitar 25 kilogram, dan lepat berukuran kecil berjumlah 5.000 buah.
Lepat besar akan dipotong oleh pemimpin setempat ataupun tamu kehormatan, yang
kemudian dibagi-bagikan kepada warga setempat. Pemotongan dan pembagian lepat
ini merupakan simbol dari seorang pemimpin yang harus melayani warganya.
Setelah itu, masyarakat setempat akan berebut untuk mengambil lepat-lepat
kecil. Berebut lepat merupakan simbol kegembiraan warga atas hasil panen dan
tangkapan ikan yang baik
KESIMPULAN
Kebudayaan menurut
Ki Hajar Dewantara dudefinisikan
sebagai buah budi manusia, yang merupakan hasil dari dua pengaruh besar yaitu
alam dan kodrat masyarakat. Ini juga merupakan sebuah bukti kejayaan kehidupan
manuisa untuk dapat mengatasi kesulitan didalam hidupnya agar keselamatan dan
kebahagiaan bias tercapai. Nantinya, sifat tertib dan damai juga akan terlahir
dari sini dan ritual merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk
tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan
berdasarkan suatu agama atau bisa juga
berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya
sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Dan salah satu ritual yang sanggat terkenal di Belitung adalah ritual ceriak.
Maras
taun adalah ritual yang digelar oleh masyarakat provinsi Bangka Belitung, lebih tepatnya di kapupaten
Belitung nya. Maras taun merupakan perwujudan rasa syukur kepada tuhan atas
segala kebaikan dan kemudahan yang telah diberikan dan dianugrahkan kepada
mereka. Maras Taun merupakan sebuah tradisi yang biasa dilakakn secara rutin di
setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Salim.
Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogjakarta: Tiara Wacana.
Koentjaraningrat,
Kebudayaa dan Pembangunan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umam, 2000
Yunus,
Rasid, Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan Karakter
Bangsa, ISSN 1412-565 X
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol 14, No
75 (2008) page. 1028-1046 Publisher: Balitbang Kemendikbud
Lampiran


Komentar
Posting Komentar