LESTARI BUDAYA DENGAN MENGENAL UPACARA ADAT “MARAS TAU
LESTARI
BUDAYA DENGAN MENGENAL UPACARA ADAT
“MARAS
TAUN”
Oleh
: Trita Islami Fitriani
2017015058
ABSTRAK
Maras
taun merupakan ritual adat tradisi masyarakat di pulau Belitong sebagai suatu
bentuk rasa syukur atas hasil panen dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan,
yang setiap tahunnya diadakan oleh tiap-tiap desa secara bergilir. Jika para
petani melakukan panen padi, maka para nelayan merayakan musim penangkapan
ikan. Yang mana selang beberapa waktu dari upacara Maras Taun masyarakat juga
melakukan upacara adat lagi yang di sebut “Muang Jong” khusus untuk masyarakat
pesisir yang berpencaharian sebagai nelayan untuk rasa syukur terhadap hasil
tangkapan ikannya.
Maras Taun
adalah suatu kebudayaan yang harus dijaga, dilestarikan sebagai suatu harta
yang tidak oleh diambil oleh Negara asing, tidak boleh punah. Karena dalam
Maras taun memiliki banyak nilai yang sangat bermanfaat bagi siapapun yaitu
nilai Religius, Gotong-royong, Kesenian, dan Sosial.
Kata
kunci : Kebudayaan, Maras Taun
Pendahuluan
Indonesia
merupakan Negara Kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau. Dimana pulau-pulau
tersebut memiliki beragam suku yang kaya akan budaya dan sumber daya alam.
Belitong, merupakan suatu pulau kecil, mungil yang terdapat di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang terletak di antar pulau Sumatera dan Kalimantan.
Pulau ini dihuni oleh suku Melayu dan suku Sawang sebagai pribumi.
Tentunya
daerah ini memiliki kebudayaan yang menjadi identitas khas yang tidak dimiliki
oleh daerah lainnya, salah satunya yaitu upacara adat yang disebut “Maras
Taun”. Masyarakat di pulau Belitong memiliki sumber mata pencaharian berupa
berladang atau sering disebut masyarakat Belitong “ber-ume” dan sebagian menjadi nelayan untuk menangkap ikan di laut.
Karena tinggal di daerah kepulauan, sehingga padi menjadi kebutuhan yang paling
penting bagi masyarakat.
Maras
taun merupakan ritual adat tradisi masyarakat di pulau Belitong sebagai suatu
bentuk rasa syukur atas hasil panen dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan,
yang setiap tahunnya diadakan oleh tiap-tiap desa secara bergilir. Jika para
petani melakukan panen padi, maka para nelayan merayakan musim penangkapan
ikan. Yang mana selang beberapa waktu dari upacara Maras Taun masyarakat juga
melakukan upacara adat lagi yang di sebut “Muang Jong” khusus untuk masyarakat
pesisir yang berpencaharian sebagai nelayan untuk rasa syukur terhadap hasil
tangkapan ikannya.
Dengan
adanya identitas khas budaya tersebut, maka artikel ini bertujuan untuk
mengenalkan upacara Maras Taun kepada generasi muda baik dari pulau Belitong
sendiri maupun dari luar pulau Belitong agar dapat melestarikannya sehingga
tidak terjadi kepunahan.
Tujuan dari
maras taun ini pun yaitu sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas segalah nikmat rezeki dan kesehatan yang telah diberikan kepada
masyarakat.
Pembahsan
Maras taun merupakan ritual adat tradisi
masyarakat di pulau Belitong sebagai suatu bentuk rasa syukur atas hasil panen
dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan, yang setiap tahunnya diadakan oleh
tiap-tiap desa secara bergilir. Dalam upacara adat ini biasanya masyarakat akan
membuat makanan dari ketan yang dibungkus oleh daun pandan kemudian dikukus
yang disebut “Lepat”, tak hanya itu ada juga yang disebut “emping” yang terbuat
dari beras yang di sangrai kemudian ditumbuk menggunakan Lesung. Makanan ini dibuat
untuk dimakan bersama dalam acara Maras taun yang dilaksanakan di rumah Ketua
Adat tiap desa yang menyelenggarakannya. Selain itu lepat dan emping juga
dijadikan sebagai sesajen oleh Ketua Adat untuk melaksanakan ritual upacara
Maras Taun.
Dalam upacara adat Maras Taun tentunya
memiliki serangkaian acaranya yang diselenggarakan, yaitu pembentukan panitia
untuk pelaksanaan, penebangan pohon untuk membuat panggung,
pencarian/pengumpulan dana, nyucor air
Sembilan, doa bersama dan ada larangan untuk kehutan selama 3 hari. Selain
itu dalam acara Maras taun ada pertunjukan kesenian yang berupa tarian, teater dulmulok, beripat beregong,
antu bubu, lesong ketintong, dan becampak
darat.
Pada pembentukan
panitia, biasanya para ketua RT akan dikumpulkan dalam rapat yang dipimpin
oleh Kepala Desa yang dihadiri juga oleh Ketua Adat untuk membicarakan tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Maras taun, pembagian tugas serta
penentuan ketua dari panita yang akan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
yang berlangsung dengan bantuan anggota panita.
Penebangan
pohon,
Penebangan
pohon ini tentunya terhadap pohon-pohon yang layak ditebang yang akan digunakan
untuk membuat panggung “bangsalan”
sebagai tempat acara berlangsung. Para warga laki-laki akan bergotong-royong
untuk membuat panggung ini di rumah ketua adat. Sedangkan para warga perempuan/
ibu-ibu juga akan bergotong-royong di rumah ketua adat untuk membuat
masakan makan siang warga laki-laki yang
bergotong-royong.
Pencarian/pengumpulan
dana,
Biasanya
diambil pada tiap-tiap rumah warga sebagai kas untuk menyelenggarakan kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam acara Maras taun. Panitia akan melakukan
penggalangan dana 1 bulan sebelum acara berlangsung.
Nyucor
aer Sembilan,
Merupakan
ritual yang dilakukan dimana ketua adat akan mempercikan air pada tiap
batas-batas desa bertujuan agar terhindar dari malapetaka/tolak bala. Biasanya
ketua adat melakukannya pada siang hari dibantu oleh panita Maras taun.
Do’a bersama,
Doa
bersama dilakukan dirumah ketua adat bersama seluruh warga desa yang biasanya
juga dihadiri oleh Bupati dan Gubernur. Setelah doa bersama, para warga akan
berburu lepat dan emping untuk dimakan bersama sambil
bersenda gurau.
Larangan,
Setelah
upacara Maras taun biasanya para warga dilarang untuk ke hutan/bekerja di
lading maupun laut selama 3 hari yang bertujuan untuk mnghindari hal negatif
yang tidak diinginkan. Selain itu juga ada larangan tidak boleh melakukan
mabuk-mabukan, berkelahi dan mengganggu warga lainnya. Akan tetapi lebih
disaranka untuk beribadah kepada Tuhan.
Pementasan
kesenian ini merupakan puncak dari kegiatan, terdiri dari tari piring khas minang yang dilakukan oleh gadis-gadis desa
sembari melantunkan syair lagu yang berisi tentang rasa syukur terhadap rezeki
yang didapatkan.
Teater Dulmulok
Teater
ini biasanya menceritakan cerita rakyat Belitong pada masa lampau, tentang
kebudayaannya dan adat istiadatnya yang bertujuan untuk mengingatkan kepada
warga untuk tetap melestarikan kebudayaan daerah. Dulmulok biasanya diperankan
oleh warga kampung yang sudah berumur, dan ditonton oleh semua kalangan baik
itu anak-anak maupun yang sudah tua.
Beripat beregong,
Beripat
Beregong adalah salah satu tradisi masyarakat Belitong yang dilakukan untuk
menguji kejantanan seorang lelaki dengan mencambuk lawan mainnya. Terdengar
menyeramkan, menyakitkan, tetapi acara ini tidak pernah terlewatkan oleh para
warga, selalu ditonton oleh banyak orang.
Antu Bubu,
Sebuah
kesenian yang ada di masyarakat Belitong berkaitan dengan Magis. Antu dalam
bahasa Belitong merupakan hantu, sedangkan Bubu merupakan alat untuk menangkap
ikan yang terbuat dari rotan berbentuk tabung. Yang biasanya dikendalikan oleh
seorang pawang untuk melakukannya. Kesenian ini juga tidak kalah menariknya
untuk ditonton, terbukti dari jumlah penonton yang tidak pernah sepi.
Lesong ketintong,
Kesenian
ini umumnya dimainkan oleh 4 orang menggunakan 1 lesung dengan 4 alu/antan yang
dipegang oleh masing-masing pemain. Para pemain akan melakukan atraksi
memainkan lesung ini membentuk irama dan tiap pemain akan saling menukar alu
mereka.
Becampak darat,
Kesenian
ini merupakan kesenian berpantun masyarakat Belitong yang di lagukan. Pada
umumnya campak darat terdiri dari dua orang atau lebih untuk saling berbalas
pantun yang pantunya sendiri berisi lawakan/candaan.
Nilai-nilai
yang dapat diambil dari kegiatan upacara Maras taun terdiri dari :
Nilai
Religus, dimana maras taun berupa ungkapan terima kasih kepada tuhan atas
rezeki dan perlindungan baik tahun sebelumnya maupun doa harapan untuk tahun
berikutnya.
Nilai
Gotong-royong, masyarakat bersama-sama melakukan gotong-royong untuk membantu
menyiapkan kegiatan upacara Maras taun.
Nilai
Sosial, dimana masyarakat saling membantu, tolong menolong dan saling berbagi
kebahagiaan dengan perayaan Maras taun, sehingga dapat mempererat tali
silaturahmi.
Nilai
Kesenian, banyak kesenian yang terdapat dalam acara Maras taun, yang dapat di
kembangkan dan diwariskan kepada generasi muda berikutnya.
Sumber :
1. Wawancara
orang tua
Kesimpulan
Maras taun merupakan suatu upacara adat
yang diselenggarakan di pulau Belitong oleh tiap-tiap desa sebagai bentuk rasa
syukur atas rezeki dari Tuhan yang telah mereka terima dan ungkapan terima
kasih atas perlindungan-Nya. Maras Taun adalah suatu kebudayaan yang harus
dijaga, dilestarikan sebagai suatu harta yang tidak oleh diambil oleh Negara
asing, tidak boleh punah. Karena dalam Maras taun memiliki banyak nilai yang
sangat bermanfaat bagi siapapun yaitu nilai Religius, Gotong-royong, Kesenian,
dan Sosial.
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar