Kesenian Kuda Lumping “Setyo Budoyo” Desa Balingasal Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen

Kesenian Kuda Lumping “Setyo Budoyo”
Desa Balingasal Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen

Marbeta Dewi Ariyani (2017015301)
PGSD FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Abstrak
Kuda lumping Desa Balingasal merupakan kesenian daerah yang dilestarikan dan tetap ada di Desa Balingasal Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen. Penulisan artikel ini bertujuan (1) untuk mengetahui kesenian daerah yang ada di tempat tinggal masing-masing, (2) untuk mendeskripsikan prosesi kesenian kuda lumping “Setyo Budoyo” di Desa Balingasal, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen, (3) untuk mengetahui perlengkapan, nilai budaya dari prosesi kesenian kuda lumping “Setyo Budoyo” di Desa Balingasal, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen. Subjek penulisan artikel ini adalah penari Embleg, Desa Balingasal. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik interview atau wawancara langsung dengan penari Embleg. Hasil dari penulisan ini adalah (1) Prosesi kesenian kuda lumping “Setyo Budoyo” Desa Balingasal, (2) Perlengkapan yang dibutuhkan pada saat prosesi kuda lumping “Setyo Budoyo”, (3) Nilai budaya yang terkandung di dalam rangkaian prosesi kuda lumping.
Kata kunci: Kesenian kuda lumping, prosesi kuda lumping.

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan segudang budaya. Setiap pulau di Indonesia mempunyai ciri khas dan adat istiadat. Bahkan dari setiap pulau tersebut masih terdiri dari beberapa suku, adat yang menimbulkan banyaknya kebudayaan yang ada. Oleh karena itu, Indonesia disebut sebagai negara yang multikultural, mulai dari keberagaman suku, budaya, bahasa, dan kesenian daerah. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi kebanggan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat.
Menurut Anshari (dalam Irhandayaningsih, 2018: 20) secara teoritis, seni atau kesenian dapat didefinisikan sebagai manifestasi budaya (priksa atau pikiran dan rasa; karsa atau kemauan; karya atau hasil perbuatan) manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik. Seni adalah suatu karya yang diciptakan oleh manusia yang memiliki estetika atau keindahan didalamnya. Menurut Irhandayaningsing (2018: 20) kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yang diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi dan dhaya (akal).
Pentingnya seni dan budaya yang ada di dalam masyarakat yaitu untuk mengenang sejarah melalui karya seni yang diciptakan. Nilai yang terkandung di dalam seni itu berbeda-beda antara lain pertama, nilai edukasi atau pengetahuan yang berguna untuk menyampaikan atau menyalurkan pesan-pesan sejarah untuk dikenang oleh penerusnya. Kedua, nilai budaya yaitu untuk melestarikan seni budaya yang ada di masyarakat.
Ragam kesenian bermunculan dengan seiring perkembangan zaman atau globalisasi. Bentuk kesenian tradisional bermacam-macam, ada yang menggabungkan antara musik dan tari, nyanyian dan musik dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Desa Balingasal, Kebumen. Desa ini mempunyai kesenian rakyat yang masih ada sampai sekarang. Kesenian tersebut yaitu “Embleg”. “Embleg” adalah sebuah tarian yang diiringi musik gamelan dengan penari yang menggunakan kuda kepang untuk menari. Tarian ini merupakan kesenian warisan dari generasi sebelumnya sehingga masih berhubungan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Proses pelestarian kesenian ini tidak mudah karena dengan adanya arus globalisasi yang menggerus zaman menggunakan teknologi menjadi sedikit kendala bagi para seniman untuk melestarikan kesenian khususnya karena terkalahkan oleh permainan berbasis teknologi. Selain itu, semangat yang dimiliki masyarakat dalam mendukung budaya dalam masyarakat tersebut menurun sehingga perlu adanya dorongan yang lebih dari semua warga masyarakat untuk tetap melestarikan budaya yang ada.

B.     Tujuan Penulisan Artikel
Adapun yang menjadi latar belakang penulisan artikel ini karena Indonesia merupakan negara yang multikutural yaitu banyak akan budaya baik itu budaya nasional maupun budaya daerah. Budaya daerah setiap wilayah berbeda-berbeda sesuai dengan warisan nenek moyang dan adat istiadat yang ada di daerah tersebut. Tujuan melakukan observasi ini adalah untuk mengenalkan salah satu kesenian daerah dari Desa Balingasal yaitu Tarian Embleg yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh warga Desa Balingasal. Kedua, untuk mengetahui proses atau tata cara Tarian Embleg di Desa Balingasal. Selain itu, untuk mengetahui nilai yang terkandung dalam Tari Embleg tersebut.
Kegunaan observasi kesenian daerah ini adalah untuk menambah wawasan kita tentang kebudayaan yang ada di sekitar kita khususnya Pulau Jawa dan dapat melestarikan agar tidak tergerus oleh arus globalisasi. Selain itu, dari penulisan artikel ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang bersangkutan serta masyarakat.


PEMBAHASAN
Desa Balingasal merupakan salah satu desa di Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen. Desa ini berbatasan dengan Kecamatan Prembun. Desa Balingasal merupakan desa yang mempunyai kelompok kesenian kuda kepang yang sekarang masih ada atau masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Balingasal. Salah satu jenis budaya daerah yang terkenal di Kabupaten Kebumen khususnya Desa Balingasal adalah kuda lumping. Kuda lumping merupakan suatu kesenian daerah yang berhubungan dengan hal mistis dan diiringi dengan gending jawa atau musik karawitan. Oleh karena itu, kuda lumping ini masih dilestarikan karena merupakan warisan dari nenek moyang dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang.
Kuda kepang atau kuda lumping di Desa Balingasal sering disebut dengan sebutan Embleg. Namun, pada daerah Kebumen kota dan sekitarnya menyebutnya dengan Ebleg atau Ebeg. Penyebutan nama per daerah berbeda karena bergantung kepada leksikon atau logat setiap daerah. Embleg merupakan sebuah tarian yang diiringi dengan musik gamelan dan mengandung hal yang mistis. Bentuk peetunjukan lebih menarik karena ada perubahan penampilan dengan tambahan sinden atau penyanyi, tambahan irama musik gamelan. Eksistensi pertunjukan Embleg di Desa Balingasal zaman dahulu dipertunjukkan untuk memperingati memetri bumi dan tasyakuran. Namun sekarang Embleg banyak digunakan dalam acara memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tasyakuran, dan hajatan. Hal yang menarik pada kesenian Embleg Desa Balingasal yaitu pada musik gamelan, sinden, dan lengger.
A.    Proses Pertunjukkan Kesenian Tari Embleg Grup “Setyo Budoyo” Desa Balingasal
Pertunjukkan kesenian tari Embleg biasanya dilaksanakan di halaman rumah dalang atau ketua grup kesenian, acara pernikahan, acara kemerdekaan, dan hajatan yang lainnya. Grup kesenian “Setyo Budoyo” ini memiliki adat yaitu ketika akan memasuki bulan Ramadhan maka terdapat acara penutupan Embleg. Hal ini berarti Embleg tidak melakukan pertunjukkan selama bulan Ramadhan. Embleg akan dibuka lagi setelah lebaran atau hari raya.
Waktu yang dibutuhkan selama pertunjukkan berbeda-beda. Jika pada acara pernikahan akan dimulai pada pukul 10.00 WIB. Jika waktu dhuhur akan berhenti dan dimulai lagi pada pukul 14.00 sampai waktu ashar tiba. Jika pada acara hari kemerdekaan akan dimulai setelah upacara kemerdekaan selesai sampai waktu dhuhur setempat. Jika pertunjukkan mulai pada siang hari maka akan dimulai sehabis dhuhur dan selesai ketika waktu ashar setempat. Terakhir jika dimulai pada malam hari maka akan dimulai pada pukul 22.00 WIB sampai dengan waktu subuh.
Adapun runtutan pertunjukkan Embleg sebagai berikut:
1.      Pembukaan
Pembukaan pertunjukkan Embleg diawali dengan sambutan dari ketua grup kesenian dan sambutan dari tamu undangan yang diundang oleh grup kesenian tersebut. Setelah sambutan selesai, lalu dibuka acara tari Embleg ini dengan lagu wajib Embleg.
2.      Tari Persembahan
Tari persembahan ini dimulai setelah adanya aba-aba atau perintah dari ketua grup untuk masuk ke halaman. Setelah lagu wajib Embleg dimainkan, penari bersiap-siap untuk masuk. Penari untuk tari persembahan ini terdiri dari 12 orang. Adanya tari persembahan ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada tamu-tamu yang telah hadir untuk menyaksikan tari Embleg ini. Penari menari beberapa lagu dalam tari persembahan.
3.      Tari Kuda Kepang
Setelah tari persembahan selesai dilanjutkan dengan tari Kuda Kepang yaitu penari menari menggunakan kuda kepang. Penari dalam tari kuda kepang ini terdiri dari 14 orang penari kuda kepang, 1 orang penari barongan, dan 1 orang penari banteng.
4.      Pantun
Pantun yang dimaksud yaitu seperti berbicara bahasa Jawa pada zaman dahulu. Pantun ini dibacakan oleh dalang atau ketua grup kesenian.
5.      Tari Perang
Setelah selesai pemberian pantun, dilanjut dengan tari orang yang sedang melakukan perang. Tari perang ini satu lawan satu, sehingga penari yang lainnya mengelilingi dua penari perang tersebut. Pada tari perang ini terjadi proses atau ritual pemanggilan arwah leluhur yang ingin hadir dalam pertunjukan tersebut. Leluhur yang datang tidak hanya berasal dari Desa Balingasal tetapi juga dari Banyumas, Wonosobo dan lain-lain.
6.      Mendem atau Ndadi
Mendem atau ndadi adalah keadaan penari atau seseorang yang mengikuti tarian tersebut telah dimasuki oleh arwah leluhur yang hadir sehingga orang tersebut dalam keadaan tidak sadar. Orang yang mendem ini biasanya akan meminta sesaji yang tersedia di meja tempat sesaji.
7.      Lengger
Lengger atau penari wanita ini menari pada saat orang ndadi. Adanya lengger ini sebagai selingan tarian Embleg jadi tidak menunjukkan penari kuda kepang saja. Selain itu, lengger disini juga menamani meari orang yang ndadi.
8.      Penutup
Penutup pertunjukkan Embleg ini dilakukan oleh ketua grup dikarenakan waktu pertunjukkan telah habis.

B.     Perlengkapan Tari Embleg Grup “Setyo Budoyo”
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan Embleg adalah perlengkapan pementasan atau pertunjukkan seperti:
1.      Panggung
Panggung meliputi sound, tarub, dan papan.
2.      Penari
Penari meliputi seragam, kuda kepang dan pecut. Penari pada Tari Embleg ada penari kuda, penari barongan, penari lengger. Untuk penari Embleg tidak ada ketentuan harus laki-laki atau perempuan. Namun untuk sekarang di Desa Balingasal, grup seni Embleg ini antara penari laki-laki dan perempuan jumlahnya seimbang.
Busana atau kostum digunakan untuk menarik perhatian penonton terhadap penari. Kostum yang digunakan para penari kuda dilengkapi dengan kostum yang menggambarkan sosok prajurit perang. Sedangkan penari barongan menggunakan busana hitam atau merah. Embleg di daerah Kebumen dan sekitarnya identik dengan seragam atau kostum berwarna hitam atau merah. Selain itu, untuk penari kuda menggunakan celana pendek. Untuk penabuh gamelan fleksibel jadi belum ada seragam, terkadang menggunakan baju hitam. Penari lengger menggunakan baju brukat dan lengan pendek, menggunakan sampur dan menggunakan topi berbulu.
3.      Alat musik
Alat musik yang digunakan yaitu seperangkat alat musik gamelan seperti bonang, gong, kenong, demung, saron, kendhang. Selain alat musik tersebut, pada grup seni “Setyo Budoyo” terdapat alat musik angklung untuk memperindah alunan musik yang digunakan pertunjukan.
4.      Tata Rias
Tata rias yang digunakan pada grup seni “Setyo Budoyo” tidak terlalu tebal namun nampak jika menggunakan riasan. Tidak ada perias untuk merias penari karena semua penari saling membantu merias satu sama lain. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk merias tidak terlalu banyak.
5.      Sesaji
Sesaji adalah makanan dan minuman yang disediakan oleh grup dan ditujukan kepada orang yang ndadi karena dimasuki oleh leluhur. Sesajinya antara lain:
a.       Kembang: mawar, melati, dan lain-lain.
b.      Degan atau kelapa muda.
c.       Air kelapa muda di dalam gelas.
d.      Teh
e.       Air putih
f.       Suruh dan gambir
g.      Layah
h.      Bamba atau arang
i.        Singkong bakar dan mentah
j.        Pisang ambon dan raja
k.      Janur kuning
l.        Minyak fanbo
m.    Rokok menyan
n.      Rokok cengkeh
o.      Make up: bedak, lipstik, cermin, sisir.
p.      Pecut atau ceter
q.      Kuda kepang
r.        Sampur
s.       Barongan


C.     Nilai Budaya yang Terkandung dalam Tari Embleg Grup “Setyo Budoyo”
Tari Embleg Desa Balingasal masih dilestarikan dari zaman dahulu sampai sekarang. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di tempat tinggal masing-masing. Selain itu, untukmegenalkan salah satu jenis kebudayaan yang ada di Desa Balingasal agar tidak diambil oleh daerah lain dan tidak punah. Tari Embleg ini mempunyai nilai keindahan yaitu dapat dilihat dari kelincahan penari dalam melakukan gerak-gerak tari. Selain itu, dapat dilihat dari tata rias dan tata busana yang dikenakan oleh penari. Meskipun tata rias dan busana yang dikenakan dalam Embleg masih sederhana tetapi tidak mengurangi nilai keindahan pada Tari Embleg.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kuda lumping merupakan suatu kesenian daerah yang berhubungan dengan hal mistis dan diiringi dengan gending jawa atau musik karawitan. Oleh karena itu, kuda lumping ini masih dilestarikan karena merupakan warisan dari nenek moyang dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Kuda kepang atau kuda lumping di Desa Balingasal sering disebut dengan sebutan Embleg. Namun, pada daerah Kebumen kota dan sekitarnya menyebutnya dengan Ebleg atau Ebeg. Penyebutan nama per daerah berbeda karena bergantung kepada leksikon atau logat setiap daerah.

Rangkaian pertunjukan Embleg di Desa Balingasal secara berurutan terdiri dari delapan proses pelaksanaan. Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan Embleg adalah perlengkapan pementasan atau pertunjukkan seperti panggung, penari dan sesaji. Panggung meliputi sound, tarub, dan papan. Penari meliputi seragam, kuda kepang dan pecut. Sesaji meliputi, kelapa muda, bunga, minuman, rokok, make up, dan lain-lain. 


LAMPIRAN







DAFTAR PUSTAKA
Wawancara langsung dengan penari Embleg yaitu Tri Lestari.
Irhandayaningsih, A. (2018). Pelstarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya Dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang . ANUVA , 19-27.
Santika, D. H., Kuswarsantyo, & Rini, Y. S. (2015). Persepsi Masyarakat Terhadap Tari Ebleg Singamataram di Kelurahan Panjer Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Pendidikan Seni Tari , 1-16.
Foto pada lampiran diambil melalui akun Facebook penari Embleg yaitu atas nama Wijayanti
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2111540732497153&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2054560018195225&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922776.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2054559968195230&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922776.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2111540475830512&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110165455968014&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110165082634718&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110165632634663&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110165275968032&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110164655968094&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110164655968094&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater
httpswww.facebook.comphoto.phpfbid=2110165495968010&set=pb.100009237411167.-2207520000.1556922442.&type=3&theater

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Daerah Kebumen Tradisi Janengan

Kesenian Daerah Kuda Lumping “Embleg” di Buluspesantren

TRADISI RASULAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL