Upacara Sebelum Menanam dengan Ritual Tari Hudog di Kalimantan Utara


Upacara Sebelum Menanam dengan Ritual Tari Hudog di Kalimantan Utara
Oleh : Ester (2016015184) 6F


Abstrak
Prosesi menanam merupakan upacara yang diselenggarakan sebelum memulai musim bertani atau berkebun. Upacara ini disertai pula dengan persembahan sesajen kepada roh nenek moyang. Upacara ini dilakukan 1 kali dalam setahun.
Tujuan penulisan artikel, agar pembaca dapat mengetahui bagaimana tradisi yang ada dikalimantan utara, khususnya dalam upacara menanam.
Tujuan dilakukan prosesi ritual ini adalah agar roh nenek moyang memberkati sawah atau kebun yang akan diolah serta menjauhkannya dari roh-roh jahat perusak tanaman.
Kata kunci: upacara, roh-roh


Pendahuluan
Tari hudoq adalah tarian tradisional kalimatan Utara yang menggunakan topeng sebagai perwujudan dari binatang, leluhur dan dewa. Tarian ini biasanya di tampilkan pada saat pembukaan lahan pertanian atau setalah menanam padi di ladang. Menurut kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat dayak, tarian ini merupakan ritual permohonan kepada Tuhan agar hasil pertanian mereka di berikan hasil yang melimpah ruah.
Nama tari hudoq di ambil dari kata hudoq yang berarti menjelma. Maka dalam tarian ini penari menggunakan topeng sebagai perwujudan dari hewan atau hama yang di anggap merusak tanaman seperti, tikus, gagak, monyet, babi dan lain lainnya. Selain itu ada juga topeng yang melambangkan burung elang yang di anggap sebagai pelindung serta memelihara hasil panen masyarakat Dayak dan ada juga topeng manusia yang di lambangkan sebagai para leluhur atau nenek moyang mereka.


Pembahasan
Tari hudog adalah bagian ritual suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, yang biasa dilakukan setiap selesai manugal atau menanam padi, pada bulan September-Oktober. Semua gerakannya, konon dipercaya turun dari kahyangan. Berdasarkan kepercayaan suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, tari hudoq ini digelar untuk mengenang jasa para leluhur mereka yang berada di alam nirwana. Mereka meyakini di saat musim tanam tiba roh-roh nenek moyang akan selalu berada di sekililing mereka untuk membimbing dan mengawasi anak cucunya. Tarian ini dilakukan erat hubungannya dengan upacara keagamaan, dengan maksud untuk memperoleh kekuatan mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Para penari hudog ini biasanya berjumlah 13 orang yang melambangkan 13 dewa pelindung dewa Hunyang Tenangan, dewa yang memelihara tanaman padi.
Dalam pertunjukan tari hudoq memang terlihat bernuansa mistis. Dalam pelaksanaan ritual tersebut pawing atau pemimpin upacara memulai dengan pembacaan mantra dengan sesaji yang sudah di persiapkan. Saat para penari duduk berbaris pawang pun menaburkan beras kuning di kepala para penari tersebut sebagai tanda di mulainya acara setelah itu para penari pun menari seperti gerakan tadi dengan iringan musik tradisional suku Dayak. Saat roh merasuki tubuh penari, pawang menyampaikan pesan kepada roh tersebut dengan mengucapkan mantra. Maksud dari mantra tersebut adalah untuk meminta agar rih tersebut menjaga tanaman mereka dan melindungi penduduk desa. Setelah pesan tersampaikan, pawang meminta roh tersebut kembali ke asal mereka. Dalam pertunjukan ini bisa berlangsung selama satu jam bahkan sehari.
Dalam pertunjukannya penari tidak hanya menggunakan topeng saja. Penari juga menggunakan baju yang terbuat dari kulit pohon yang di hiasi rumbai berwarna hijau yang terbuat dari daun pisang atau daun kelapa. Baju ini menyimbolkan dedaunan yang di harapkan terus menghijau agar tanaman yang mereka tanam tumbuh subur seperti yang di harapkan. Topeng yang mereka gunakan adalah topeng yang berbeda-beda sesuai dengan perwujudan yang ingin di tampilkan. Tidak ketinggalan, penutup kepala yang di hiasi dengan bulu burung enggang yang telah menjadi ciri khas dan memiliki arti khusus bagi masyarakat suku Dayak.
Gerakan  yang di tampilkan dalam tarian ini adalah perpaduan gerakan tangan dan kaki. Dengan badan tegak penari menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri di setiap langkahnya. Tangan di ayunkan ke atas dan ke bawah sambil menepuk paha. Gerakan kaki berjalan dengan di angkat dan menghentak ke tanah sehingga menimbulkan suara hentakan. Gerakan pada kepala hanya mengangguk, bila bagian mulut pada topeng tersebut dapat di gerakan maka topeng tersebut terlihat seperti berbicara.
Tarian ini adalah sebagai sarana komunikasi kepada roh leluhur, pengungkap rasa syukur, perlindungan, pengikat rasa solidaritas masyarakat dan hiburan. Ragam gerak tari hudoq melambangkan penghormatan, pengharapan, perlindungan pada tanaman padi dan bagi kesejahteraan kampung. Busana yang menggunakan daun pisang melambangkan keabadian, keselamatan, kesuburan dan kesuksesan. Topeng melambangkan kekuatan dalam upacara yang sakral, bentuk penghormatan, sarana komunikasi kepada sang Pencipta dan roh leluhur yang telah membantu kehidupan manusia. Bagi masyarakat, tarian ini menggambarkan etika yang sangat konkrit mengenai hubungan manusia dengan roh-roh leluhur, serta mencerminkan kehidupan sosial masyarakat yaitu sikap penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan yang di ajarkan para leluhur yang telah menjaga dan melindungi warga serta kampung, nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan dan tanggung jawab sangat dijunjung tinggi.


Penutup
Kesimpulan
Tarian hudoq merupakan salah satu tradisi dari suku Dayak yang terlihat kental nuansa mistis. Namun pertunjukan tari hudoq ini dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat disaat perayaan menanam padi atau acara adat mereka. Seiring perkembangan zaman, tarian ini tidak hanya ditampilkan dalan upacara adat saja. Namun juga ditampilkan dalam berbagai perayaan budaya masyarakat, sebagai hiburan dengan berbagai modifikasi dan juga kreativitas dalam pertunjukannya.


Saran
Terima kasih telah membaca artikel ini, sekiranya dapat membantu dalam mengetahui kebudayaan yang ada di Kalimantan Utara.
Sesungguhnya artikel ini sangat banyak kekurangan, jikalau ada masukan atau apapun yang dapat menyempurnakan artikel ini, akan saya terima dengan senang hati.
Salam budaya!








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesenian Daerah Kuda Lumping “Embleg” di Buluspesantren

TRADISI RASULAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL